
MAKALAH
Permasalahan
Dalam Pembelajaran
Pendidikan Sejarah
(guna memenuhi mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran)
Dosen Pengampu:
Dr. Suranto, M.Pd.
Oleh
Ike Yuliana
NIM 140210302055
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Permasalahan Pembelajaran dalam
pendidikan sejarah” yang dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Makalah
ini bertujuan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam
pemahaman materi dan juga untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan
Pembelajaran.
Kami
berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca. Dan mohon maaf apabila
ada kekurangan dalam makalah yang disusun. Menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
memohon kritik dan saran yang bersifat membangun.
Jember,
10 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Sejarah
aadalah suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Suatu kenyataan
yang tak dapat di pungkiri bahwa yang menempatkan pendidikan seejarah sebagai
unsur penting dalam pendidikan kebangsaan.
Pendidikan
Sejarah sebagai salah
satu bagian dari
pendidikan, memiliki peranan penting
dalam pendidikan. Pendidikan
Sejarah bertujuan untuk
mengembangkan potensi analilis
peserta didik agar
peka terhadap masalah
sejarah di bangsanya yang terjadi di masa lalu, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi di masa lalu, baik yang bangsa dan
negaranya.
Namun
dalam kenyataan di lapangan, seringkali peserta didik tidak memahami esensi
dari peristiwa-peristiwa sejarah yang diajarkan oleh pendidik di satuan-satuan
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemahaman masyarakat awam yang
cenderung salah persepsi terhadap fakta-fakta sejarah yang ada. Diperkirakan
kesalahpahaman tersebut akibat adanya permasalahan pada sistem pembelajaran
pendidikan sejarah di tingkat satuan pendidikan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis mengangkat Permasalahan
Dalam Pembelajaran
Pendidikan Sejarah sebagai judul makalah tugas Belajar dan
Pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran sejarah selama ini?
2. Bagaimana
kendala yang yang dialami oleh peserta didik dalam memahami pembelajaran
sejarah?
3. Bagaimana
solusi permasalahan yang dapat dilakukan untuk menangani kendala tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sejarah selama ini.
2. untuk
mengetahui kendala yang dialami oleh peserta didik dalam memahami pembelajaran
sejarah.
3. untuk
mengetahui solusi permasalahan yang dapat dilakukan untuk menangani kendala
tersebut.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan wawasan tentang permasalahan dalam pembelajar
pendidikan sejarah.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran terdiri dari proses belajar dan mengajar. Belajar mengajar
sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat
komponen yang saling bergantung satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan.
Sebagai suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen seperti: tujuan,
bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Tujuan tersebut dapat
tercapai jika semua komponen diorganisasikan sehingga terjadi kerja sama
antar-komponen (Syaiful B. Djamarah & Aswan Zain, 1996:10). Menurut Mursell
(1975:28), pembelajaran adalah suatu usaha mengordinasikan proses belajar.
Secara sederhana,
pembelajaran sejarah diartikan sebagai suatu sistem belajar mengajar sejarah.
Pembelajaran sejarah berkaitan dengan teori-teori kesejarahan. Berbeda dengan
ilmu sejarah, pembelajaran sejarah atau mata pelajaran sejarah dalam kurikulum
sekolah memang tidak secara khusus bertujuan untuk memajukan ilmu atau untuk
menelorkan calon ahli sejarah, karena penekanannya dalam pembelajaran sejarah
tetap terkait dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu ikut membangun
kepribadian dan sikap mental siswa. Sutrisno Kuntoyo (1985 :46) menyatakan
bahwa kesadaran sejarah paling efektif diajarkan melalui pendidikan formal.
Hamid Hasan berpendapat, terdapat beberapa pemaknaan terhadap pendidikan
sejarah. Pertama, secara tradisional pendidikan sejarah
dimaknai sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada
generasi muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah adalah
wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa. Melalui posisi ini
pendidikan sejarah ditujukan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian
keunggulan tersebut. Kedua, pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya
memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu
kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan
penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan
pengambilan keputusan (historical issues-analysis and decision making)
menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah (Hasan Hamid, 2007: 7).
I Gde Widja (1989: 23)
menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar
dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang
erat kaitannya dengan masa kini. Pendapat I Gde Widya tersebut dapat
disimpulkan jika mata pelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait
dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan
pendidikan pada umumnya.
Dalam Seminar Sejarah
Nasional di Yogyakarta tahun 1957, Padmopuspito berpendapat bahwapertama,
penyusunan pelajaran sejarah harus bersifat ilmiah. Kedua, siswa perlu bimbangan dalam berfikir tetapi
tafsiran dan penilaian tidak boleh dipaksakan, karena dapat mematikan daya
pikir siswa (Sidi Gasalba, 1966:169). Dalam bidang pembelajaran sejarah,
terdapat tiga faktor yang harus dipahami tentang materi sejarah. Pertama, hakekat fakta sejarah. Kedua, hakekat penjelasan dalam sejarah. Ketiga,masalah obyektivitas sejarah (Burston
dalam Haryono, 1995:12).
Peran pendidikan sejarah dalam pembentukan
sikap nasionalisme guna mengantisipasi tantangan
global dan berbagai gejolak disintegrasi yang
melanda Indonesia akhir-akhir ini sangat
dibutuhkan, hal ini mengingat pengalaman
sejarah membuktikan sikap nasionalisme mampu membangkitkan dinamika
sosial di masa lalu.
Sikap nasionalisme yang dimiliki rakyat
indonesia telah mampu menghantarkan bangsa menuju kemerdekaan di tengah
keterbelakangan pengetahuan rakyat indonesia dan kuatnya persenjataan penjajah,
dalam kontek saat itu. Namun saat ini nasionalisme yang dimiliki bangsa
menunjukkan kerapuhan. konflik antar suku dan agama karena perbedaan nilai, dan
upaya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari Negar Kesatua Republik
Indonesia merupakan bukti bahwa kesatuan nasional masih rapuh (Ibnu
Hizam:2007:288)
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri,
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan terkait materi dan
tujuan dari pembelajaran sejarah maka mata pelajaran Sejarah memiliki arti
strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta
dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Secara umum materi sejarah:
(1) mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan,
patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik;
(2) memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban
bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi
proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan;
(3) menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk
menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;
(4) sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi
krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
(5) berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam
memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup
Atas dasar hal tersebut, maka sejarah diberikan kepada seluruh siswa di
sekolah dari tingkat dasar (SD dan sederajat) sampai tingkat menengah (SMA dan
sederajat) dalam bentuk mata pelajaran. Kedudukannya yang penting dan strategis
dalam pembangunan watak bangsa merupakan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh
mata pelajaran lainnya. Meskipun demikian, terkait dengan materi sejarah dri
tingkat dasar sampai menengah, Taufik Abdullah berpendapat agar siswa tidak
bosan menerima materi sejarah, maka jika secara faktual yang disampaikan sama
namun dalam setiap jenjang pendidikan, peristiwa tersebut akan tampil pada
tingkat pengetahuan, pemahaman, serta pemberian keterangan sejarah yang semakin
tinggi dan kompleks. Dengan demikian, setiap tingkatan atau tahap diharapkan
bisa memberikan kesegaran dan kematangan intelektual (Taufik Abdullah, 1996:
10).
Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah
tidak mengkhususkan mempelajari fakta-fakta dalam sejarah sebagai ilmu namun
perpaduan antara sejarah dan tujuan pendidikan pada umumnya. Meski demikian,
pembelajaran sejarah berusaha menampilkan fakta sejarah secara obyektif
meskipun tetap dalam kerangka fakta sejarah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan itu sendiri.
2.2 Kendala-Kenda dalam Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah di sekolah sering kali dianggap
tidak menarik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil jajak pendapat Kompas tentang kendala pembelajaran sejarah di
sekolah. Model pembelajaran yang konvensional menjadi faktor utama yang membuat
pembelajaran sejarah di sekolah tidak menarik.
Pelajaran sejarah di
sekolah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan.
Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan
peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal
ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai
sekarang. Salah satu faktor yang menyebabkan pelajaran sejarah terasa
membosankan dan kurang disukai oleh anak sekolah adalah metode yang digunakan
kebanyakan guru sejarah. YR Subakti mengatakan “Mata pelajaran sejarah
diajarkan dengan satu metode andalan 'ceramah'.... Akibatnya sejarah identik
dengan ceramah, seolah-olah pembelajaran sejarah mentabukan inovasi dalam
desain pembelajaran.” Hal senada juga diungkapkan oleh Baskoro T. Wardaya,
“Menurut saya pembelajaran sejarah itu diajarkan dengan cara yang kreatif dan
imanjinatif, kreatif dalam arti tidak satu cara yang dipakai, dulu kan model
ceramah.” Selain faktor pengajar, YR Subakti juga menyebutkan 3 komponen lain
yang menjadi penyebab munculnya masalah dalam pembelajaran sejarah yaitu (1)
Metode pembelajaran sejarah pada umumnya kurang menantang daya intelektual
peserta didik; (2) Peserta didik yang kurang positif terhadap pembelajaran
sejarah; dan (3) Buku-buku sejarah dan media pembelajaran sejarah yang masih
terbatas.
Dari data nilai yang
diperoleh dari SMPN 19 Surabaya, terlihat bahwa rata-rata nilai mata pelajaran
IPS terpadu memang masih kurang optimal. Di sisi lain, ratarata nilai pelajaran
IPA yang terkenal lebih sulit malah mampu menduduki urutan pertama dengan
rata-rata 82,58. Sedangkan rata-rata nilai IPS hanya 79,75 dan berada di urutan
ke empat. Pelajaran sejarah merupakan bagian dari mata pelajaran IPS terpadu.
Selain sejarah, dalam IPS terpadu terdapat juga pelajaran ekonomi dan geografi.
Dan menurut pengakuan guru sejarah dan murid, memang nilai ketiga mata
pelajaran tersebut tidak jauh berbeda.7 Dari sini terlihat bahwa proses
pembelajaran sejarah yang berlangsung masih kurang optimal dan masih bisa
ditingkatkan kembali. Salah satu penyebab kurang optimalnya pembelajaran
sejarah di sekolah adalah media pembelajarannya.
2.3 Solusi Permasalahan yang Dapat Dilakukan untuk Menangani
Kendala dalam Pembelajaran Sejarah
Salah satu metode pembelajaran sejarah yang cocok
untuk menjadikan mahasiswa aktif dan dosen sebagai fasilitatornya adalah
kontruktivisme dan inquiry. Kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (Anggara, 2007:104). Pembelajaran sejarah kontruktivisme berkaitan
dengan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh
mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Metode inquiry juga sesuai
dalam pembelajaran sejarah. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri.
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara, pembelajaran
sejarah sebenarnya memiliki makna yang strategis. Pembelajaran
sejarah adalah suatu proses untuk membantu
mengembangkan potensi dan kepribadian
peserta didik melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif dan
bermartabat.
Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering dianggap sebagai
pelajaran hafalan dan membosankan. Salah satu metode pembelajaran sejarah yang
cocok untuk menjadikan mahasiswa aktif dan dosen sebagai fasilitatornya adalah
kontruktivisme dan inquiry.
3.2 Saran
Melalui
makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu menyadari pentingnya mempelajari pembelajaran sejarah dengan serta penerapannya di kelas.
Oleh sebab itu sebagai generasi muda harus bisa mengembangkan pendidikan
sejarah dan semakin memperdalam ilmu
sejarah
pada tiap aspek dari dosen
pengampunya.
DAFTAR PUSTAKA
Ausubel,
D.P. 1986. Educational Psychology: A
Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Watson.
Sardiman.
1986. Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rajapindo Pustaka.
Uno,
Hamzah. 2007. Model dan Metode
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
kendaraan ini ada dapurya
BalasHapussewa bus di surabaya
sewa alphard di surabaya
sewa hiace di surabaya